Biru's Notes

Sejumput Permainan Rima dan Diksi

Dalam lengkung waktu nan fana
Aku menengadah sambil terpana
Menelaah sebahagian realitas fatamorgana
Menggersang bersama gurun merana

Hidup bagaikan ungkapan pujangga
Dalam nestapa yang tak ku pahami maknanya
Dalam benak yang tersirat bersama makna
Dalam bersit yang terbersit bersama sekelebat nirwana

Sebentuk pemikiran yang tak pernah ada
Seberkas kisah lalu berarak benda
Kuberharap segala bentuk jenuh yang melanda
Dapat segera sirna 
Sebegitu datangnya sang Surya di kala hujan reda

Lengkung mana yang kau cari dalam buih waktu tak merona
Kelabu dalam buai tergerai
Kelakar dalam jiwa mengakar

Sesulit itu kah pengungkapan atas realita yang barangkali sesederhana fatamorgana?

Menerka dalam logika
Berpuisi dalam intuisi
Bermeditasi dalam afeksi 

Beberapa hal mungkin tak dapat kumengerti

Beberapa hal mungkin sebaiknya begitu saja adanya agar tak perlu terpahami

Biarlah beberapa kebodohan tetap menjadi kebodohan

Agar beberapa kepintaran tetap menjadi kepintaran

Tak mengurangi sedikit 

Pun melebihkan apapun di antara keduanya


Segala bentuk kesulitan 

Pun jua kemudahan 

Akan tetap seperti adanya

Akan tetap seperti ketentuannya

Hanya akan ada satu rasa yang tersisa

Seperti sedia kala

Dikala segala kala bermula

Dikala segala makna berandai seksama


Kami sulit memahami dalam memaknai

Dikala kami sendiri

Pun dikala kami berdiri

Dikala kami berlari

Pun dikala kami bersajak dalam hari


Ketentuan dan ketetapan

Akan tetap dan tentu

Akan tentu dan tetap

Sekalipun segerombolan awan Nimbus besar sedang gusar

Mengawasi Cirrus yang panjang terbentang nan kurus


Kuharap kami akan baik-baik saja

Mengambil arti dari segala janji

Yang terbebas dari jeruji

Yang terlepas dari segala uji

Bersama segala sajak

Membuai dan beranjak

 Entahlah

Kadang aku berpikir untuk menjadi hebat

Namun setelah berkelumit cukup lama menelaah

Ternyata "jadi hebat" itu akan cukup membuat lelah


Akhirnya ku berhenti berpikir 

Untuk menjadi hebat


Dan kemudian ku berjalan


Kadang tergesa


Kadang biasa-biasa saja


Berlari dalam cari

Berhari dalam diri


Kernyit-kernyit di dahi seringkali 

Mengemuka hingga muka

Kelabui dalam buai

Dan aku bersesuai


Hidup itu harus memiliki

JIka bukan arti

Maka apalagi?

Hidup itu harus berharap

Jika bukan terserap

Lalu apalagi?


Hidup itu harus redup

Jika bukan letup

Maka apalagi?

Dan, hidup pun jua harus sedang

Selayang pandang

Serta saling pandang


Apalagi harus dalam hidup?

Berkeliling dunia kah?

Bertualang lintas-buana kah?

Aku sepatut-patutnya manusia

Yang tak ada dapat mengerti

Pun jua alpa dari benar-benar pahami


Hidup itu permainan

Ujar seorang yang hobi bermain

Atau, yang sering merasa dipermainkan


Hidup itu perjalanan

Ujar seorang yang hobi berjalan

Atau yang sering berganti-ganti perjalanan


Hidup itu perjuangan

Ujar seorang yang dalam hidupnya penuh perjuangan

Atau, yang diam-diam dari dasar sanubarinya "berharap diperjuangkan"


Lalu, apa pengertian hidup?

Menurut apa yang kau kerjakan saat ini?



Ada yang menghilang

Di kala rembulan datang berulang

Di kala surya perlahan menghilang


Ada yang hilang

Di kala senja berselang

Lanjutkan mimpi terkekang


Dan adapula yang hilang

Di kala aku meregang

Perih dan lirih terngiang


Dan akupun menghilang

Di tengah gelap bersilang

Di tengah sinar benderang


Dan sungguh pun kami menghilang

Di khayal rembayang

Dikawal rindu berbayang


Aku sedang mencari arti

Sesuatu yang mungkin dapat aku mengerti

Sesuatu yang mungkin dapat ku beri hati

Sesuatu yang mungkin dapat buat berarti


Aku sedang mencari arti

Sesuatu yang hanya akan didapat dengan cara berhati

Sesuatu yang harusnya tak akan dapat dikhianati

Sesuatu yang bilamana tak berarti,

Akan berhenti.


Aku ingin mencari arti

Sesuatu yang terpendam dalam dasar hati

Sesuatu yang membuat jatuh hati

Setelah sebelumnya melambung terbang tinggi


Aku hendak mencari arti

Agar dapat mengerti

Agar dapat pahami

Dengan segala arti

Dan sepenuh hati


Ada kalanya ku bertanya kepada senja

Mengapa ia begitu manja

Mengiringi hidup yang begitu-begitu saja


Ada kalanya pun ku bertanya pada senja

Mengapa ia begitu dicinta

Bagi sebagian yang bermanja

Tanpa berpikir sudah lalui apa saja


Ada kalanya jua ku bertanya 

Namun bukan kepada senja

Kepada diri sendiri saja


Sudah benarkah apa yang telah kulalui 

Hingga terbersit dalam pikirku begini-gini saja


Kurang bersahajakahku dalam lintasi berbagai senja?

Berbagi sahaja dalam hidup yang dianggap begitu-gitu sahaja


Metafora-metafora tanpa arah

Sibakkan arti yang mengarah

Kepada sisi yang lelah

Kepada rasa yang resah


Sebahagian hidup yang gelisah

Kadang menuntun kepada jiwa yang resah

Menemui diri saling mengasah


Agar dapat berjumpa 'tuk singgah

Di sebuah ruang dan waktu


Yang penuh angka satu


Yang saling menggerutu


Walau ber-satu

##


Hidup itu harus merdeka

Terbebas dari duka

Bersuka cita meski dalam derita

Tanpa sedikitpun merasa lara


Hidup itu harus merdeka

Merdeka dari luka

Yang ditimbulkan oleh sebab rasa tak menerima


Hidup itu harus merdeka

Merdeka dari derita

Yang sebenarnya hanya angan tanpa citra

Dalam manifestasi duka-lara


Dan,

Hidup itu harus benar-benar merdeka

Merdeka dari luka

Merdeka dari duka


Yang ada hanya suka

Meski terkadang mata berkaca-kaca


Sekali lagi,

Hidup itu harus merdeka

Merdeka dari mereka

Yang beranggap kejujuran bukan hal paling nyata dalam fakta

Yang beranggap bahwa dusta akan merealisasikan cita


Ya, hidup itu harus merdeka.



Tentang kehidupan


Berawal dari sebuah mimpi

Yang bertemu mimpi lainnya

Bersatu dalam buai realita fana

Kemudian terpisah kembali dalam kefanaan juga


Tak jua mereguk nikmat keabadian sejati

Mencari jatidiri terlampau sunyi

Mengiba pada garis takdir fana

Beranggapan dengan naas semua asumsi adalah telah benar


Namun,

Yang patut disayangkan adalah

Ketika kau berasumsi semua telah benar

Ada satu titik kesalahan fatal

Begitu kecil tak terlihat

Tetapi justru adalah penentu

Kemana kau akan pergi selanjutnya


Beberapa perjalanan tak terencana

Beberapa bahkan tak bertujuan akhir

Yang ada hanyalah perjalanan itu sendiri

Tujuan sejatinya hanya menjalani 

Tanpa kompromi dan peduli kondisi


Yang mana yang akan jadi akhirmu

Bukan penentuanmu sendiri

Seperti yang mana awalmu


Begitu sunyi

Begitu sepi


Dan tanpa bunyi


Selamat datang di kehidupan

Dimana kau merasa hidup

Ketika kau berpura-pura hidup

Ketika kau berpura-pura untuk ikut serta

Agar tak tertinggal berita


Jangan hidup

Jika tak berakar

Jangan hidup

Jika tak berkelakar


Ini hidup

Bukan redup


 


Tunggu aku

Jika kau mendengar desis resonansi semestaku

Tunggu aku

Jika kau mendengar jerebu di dadaku menggebu


Dan tunggulah aku

Hingga ku dapat apa yang seharusnya ada padaku


Sertakan pula doa itu padaku

Agar diperkilat dan segera sudah

Sebab bukan hal mudah bergulat bersama waktu

Buatku lelah dan lekas gundah


Hanya rindu

Satu harapanku yang sendu

Hanya pilu

Satu rasa coba kualihkan jadi serdadu

Hanya jiwamu

Yang entah sedari kapan sudah tandang ke jiwaku bertamu


Hal mengerikan apa yang kau khawatirkan?

Hal menakutkan apa yang kau cemaskan?

Jika kau kekanak-kanakan, kau akan menganggap

Persepsi yang kau dapat dari penginderaan adalah mengerikan


Adalah menakutkan...


Kau takut akan perubahan secara tiba-tiba 

Yang kau dapati melalui penginderaan menghantuimu

Menghampiri setiap detik nafas engahmu

Hingga kau tersungkur bersama histeriamu


Kau terjatuh tergopoh-gopoh

Meminta tolong pada orang dewasa, sesiapapun yang kau temui

Meminta penyertaan mereka agar kau merasa aman, agar kau merasa nyaman

Padahal kelak kau akan mengetahui itu semua kau lakukan oleh sebab kau belum percaya

Kau belum kenali, kau belum resapi

Diri sejatimu


Dan, tibalah kemudian saat kau 'menjadi dewasa'

Ketakutan dan kengerianmu beralih

Kekhawatiran dan kecemasanmu berganti lirih


Dari semula kekhawatiran akan hal-hal spekulatif yang fiksional

Berubah jadi kekawatiran akan hal-hal spekulatif yang 'lebih rasional'

Menggugah citra-citra positif dan negatif ke ranah yang lebih rumit

Ke lembah dan puncak tertinggi dari yang paling kompleks

Engkau seketika tersesat 


Kekhawatiran, ketakutan pula kengerian yang umum

'Orang-orang dewasa' alami dan 'orang-orang dewasa' pahami

Tidaklah 'sengeri' yang 'orang-orang kecil' pahami

Bila dilihat dari perspektif si 'orang-orang kecil'


Mereka hanya berpaut pada hal 'biasa'

Yang dianggap 'orang-orang kecil' pada umumnya

Padahal,

Sejauh rasa lelah membuat terpaku

Sejauh rasa jenuh berpeluhkan pilu

Adalah 'jeratan terkuat' yang dialami sang 'orang-orang dewasa'

Membuat abai

Membuat lalai


Dan lupa diri akan 'hal-hal sejati' yang sepatutnya layak diberi 'pautan' lebih


Kekhawatiran, ketakutan dan juga kengerian sejati harusnya,

dan semestinya adalah ketika kita justru merasa perlu 

Untuk mengkhawatirkan itu semua

Untuk meresahkan itu semua


Yang mana pada mulanya sudah terdapat 'ketentuan-ketentuan'...

Dan 'seorang dewasa' patut mengetahui dan meresapi hal itu

Bukan terjebak pada fatamorgana persepsi


Menyatu bersama ego dan kisah-kisah fiksi

Menyeruak hingga alam ilusi 

Yang tetap terus begitu hingga ber-repetisi




Itu bagus

Ketika kau mencoba temukan arti hidup di suatu jalan yang baru

Ketika kau mencoba terangkan arti hadirmu di suatu pergumulan hati yang rumit

Dan ketika kau terus mencoba untuk pahami bahwa hidup dan segala hal yang ada di depanmu adalah misteri


Dan,

Itu pun juga bagus

Ketika kau menemukan dirimu bukanlah sosok sempurna

Ketika kau menemukan bahwa dirimu bukanlah serba bagus

Ketika kau menemukan dirimu bukan pula sosok serba tidak kurang 

Dan bahwa dirimu, juga diriku, adalah fana


Dan kita semua juga pahami bahwa adalah itu bagus

Jikalau kita semua sadar berada di satu dunia 

Dimana dengan segala kerumitannya

Mencari kesederhanaan di tengah kelumitan itu

Dan masih juga menjadi sesederhana yang kita mampu tuk hindari kerumitan itu


Dan itu sangatlah bagus, ketika

Kita sadar dimana kita berpijak

Dimana kita menengadah

Dan juga sadar kita hanyalah sosok yang rentan lelah


Walau,

Dalam beberapa hal bagus itu

Ada sisi-sisi yang tidak dapat kita pahami

Bila tak mampu kita penuhi

Bila tak mampu kita genapi


Sebesar apa pun tetap kita masih kembali kepada hal itu

Kembali ke sisi-sisi yang kita harap tinggalkan untuk menjadi bagus,

Bagus di Pandangan Sejati

Bukan sekedar pandangan-pandangan yang fana itu 


---



---

--

-


Kadang aku berpikir untuk menjadi matahari

Menerangi hari

Sembunyi di malam hari


Kadang pula ku ingin menari

Dengan irama mengiringi

Perasaan hati terluapi


Aku tak mengerti akan hadirnya mimpi

Yang terkadang menengahi segala persepsi 

Yang bahkan seringkali menguasai sanubari


Angan-angan dan ilusi

Bukanlah sebuah solusi

Ia hanyalah delusi

Interpretasi dari persepsi


Garis tangan tak menentukan jalan hidup kata seorang yang tek percaya takhayul

Begitu pun juga aku

Tak percaya takhayul dapat ditentukan oleh garis tangan


Kefanaan dan kenisbian adalah dua hal

Sedangkan aku, hanyalah satu 

Berada di antara keduanya


Perkataan-perkataan ini bukanlah main-main

Bukan sekedar permainan rima dan diksi

Walau dibuat di dalam dunia yang fiksi


Ini adalah pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban dari hati seorang pemimpi

Yang sedang coba mengkonversi mimpi sejati


---

--

-

 -

Perantara sunyi terdiam menepi

Ia melintasi belantara fakta yang sepi

Tak seramai fiksi dan ilusi

Delusi bagi sebagian besar populasi


Keinginannya hanya ingin membauri mimpi dan diksi

Meski ketajaman dan rentetan nir-ilusi penuh dengan seduksi ketidaksepahaman atas dasar ketimpangan imajinasi

Padahal yang terpenting adalah bukan teori deduksi seperti keyakinan pasti seorang detektif ilusi,

Seperti nian anggapannya.


Ke-fiksi-an yang menepi terlalu tengah menerobos lampau dalam pada kenyataan ini

Menjelma seperti benar-benar ada dan mengisi eksistensi

Padahal ia hanyalah sekumpulan duga berasaskan ilusi


Jika kau adalah sebuah buku fiksi 

Kau mungkin akan berteriak hingga serak

Menjerit hingga tercekit

Berharapkan para penjumpa isimu bangkit dari afeksi berlebih terhadap ilusi

Dan bahwa kau hanyalah sang penghibur di tengah-tengah kesadaran dalam eksistensi

Bahwa kau adalah sekelumit buah pikir yang entah ranum atau masih bergetah pahit sudah dipetik oleh seseorang

Tetiba sudah dihidang begitu saja

Tetiba tanpa persetujuanmu tuk dihidang

Sebagaimana sisi subjektifmu beranggapan.

-


Jika ada yang bisa ku pilih untuk dapat ku mengerti, aku hanya ingin dapat mengerti kebahagiaan

Bukan kesedihan dan atau bentuk-bentuk hal lainnya...

Aku hanya ingin menjadi seorang egois yang, sekali lagi, hanya mengerti kesenangan dan tanpa kesengsaraan atau bahkan keragu-raguan yang kelabu dan samar

Jatidiri utopis dalam impian angan sebagian banyak orang awam 

Menembus batasan-batasan redam


Bercecer sudah segala bentuk penyesalan, kekesalan dan bahkan 'kesialan' itu

Aku sudah mencoba tuk lupakan hal-hal 'tak penting' yang tak semestinya teringat

Namun yang ada, sejauh yang dapat aku sadari, bahwa 'melupakan' bukanlah jalan tengah dalam pencarian solusi perburuan jatidiri yang sesungguhnya


Lautan kebijaksanaan bukanlah seonggok idea-idea fana penuh kepentingan politis semata

Ia adalah 'idea-idea murni' yang tak berpijak pada bumi

Melesat kemanapun tempat di alam semesta ini, bahkan kemungkinan besar semesta alam ini

Sebab ia adalah bahasa lintas-buana yang (hanya) dapat dipahami dengan ilham, sesuatu yang tidak dapat semata-mata dimiliki lewat pemahaman melalui rentet nalar berdeduksi tinggi. 

Ia hanyalah sesuatu yang sangat sederhana yang dapat dimengerti segala bangsa, segala usia, pun lewat segala bentuk keberagaman lain yang dapat diketahui manusia.

Ia hanyalah sesosok rapuh yang terkalahkan sifat-sifat fana-fanatik manusia


Terpaksa 'berlebur' dalam situasi lintas-kondisi 

Berperang melawan diksi 

Dan ber-akulturasi dalam multi-interpretasi


Aku sungguh-sungguh seorang utopis dalam kefanaan ini

Aku hanyalah penyerap ilmu 

Yang bersandar teguh,

Menggenggam dan bahkan mencengkeram erat, jika perlu, dengan geraham-gerahamku yang lemah ini


Satu-satunya perjanjian yang dapat kalian saksikan adalah

Bahwa inilah aku

Setelanjang-telanjangnya aku

Dalam lingkupan norma-norma, pun strata-strata yang sama-sama fana dengan jenaka jasmaniku,

Sama-sama fana dengan hasrat-hasratku


Kecuali jiwa murniku 

Yang kerap kali terkekang rasa keingintahuan serba-nir


Serba cukup dari segi kenalaran 'biasa'

Serba lebih dari segi kenal-luaran 'biasa'


"Penyesalanku s'makin dalam dan sedih 

Aku serahkan semua milik dan hidupku 
Aku tak ingin menderita begini 
Mudah-mudahan ini hanya mimpi... 
Hanya mimpi..." 

 ~Koes Plus - Kisah Sedih di Hari Minggu~ 


Begitulah kata-kata Koes Plus pada masanya 
Menyuratkan kata-kata yang di dalamnya terdapat penyesalan mendalam dari seseorang atas sesuatu yang terjadi di masa lalu 
Dengan akhir sang penulis berharap bahwa semua itu hanyalah mimpinya semata. 
Bukan kenyataan, seperti yang sesungguhnya ia alami. 

Seringkali, dikarenakan beberapa kondisi dan situasi yang "menyulitkan" dalam memahami keadaan dimana seharusnya kita mengerahkan "all-out" sumber daya yang kita miliki baik itu pikiran, tenaga, uang bahkan jiwa untuk "menggapai" keadaan ideal dalam hidup, malah dorongan "ego" dan "keinginan untuk lelah" yang sudah mendesak seolah memaksa agar "menyerah" begitu saja tanpa berpikir jernih jauh lebih dalam mencerna "problematika" yang dapatlah disebut "klasik" dalam kenyataan-kenyataan hidup ini. 

Energi yang tercurahkan untuk "pemenuhan kebutuhan utama" telah menyita seluruh perhatian kita. 

Yang mana semestinya kita dapat membagi-bagi porsi dari setiap energi yang kita perlukan baik itu untuk diri kita sendiri, orang lain atau bahkan Sang Pencipta. 
Pembagian energi yang saya maksudkan disini adalah agar apa-apa yang kita keluarkan dan curahkan tidak membuat "ngoyo", sehingga bila selesai terfokus pada suatu cabang permasalahan dalam suatu bidang yang tak jarang pelik, tidak menyebabkan kita lalai akan hal-hal lain yang semestinya diperhatikan. 
Hal-hal kecil yang dirasa sepele oleh beberapa orang namun efeknya jelas terasa dikemudian hari. Seperti sikap-sikap "empati sepele" terhadap pribadi dan orang lain. 

Dengan tertulisnya suratan ini, sekiranya saya hanya ingin menyampaikan bahwa ada baiknya kita dapat membagi-bagi porsi dari setiap sendi kehidupan kita secara proporsional. 

Tidak berlebihan, tidak pula berkekurangan. 

Padu padannya mesti seimbang. 

Bagaimana cara mengaturnya? 
Ini adalah pertanyaan yang semestinya dapat Anda jawab dan "manage" sendiri bagaimana baiknya. 

Bukan, bukan saya lepas tangan begitu saja dari permasalahan yang telah saya ungkapkan ini. 
Saya hanya berharap kita semua dapat mengenali diri kita sedalam dan sejernih-jernih pikiran murni. 

Entah dengan apa saya akan akhiri tulisan ambigu ini, 
Yang pasti kita hanya dapat berusaha agar mendapatkan perubahan lebih baik dalam segi apa pun dari hari ke hari. 
Tak mengapa perubahan itu, bila diibaratkan hanya setitik tinta. 
Toh, lama-kelamaan setitik tinta itu nantinya akan menjadi sebuah huruf... kata... kalimat... lalu jadilah sebuah karya sastra terindah dari hidup kita. 

Tetaplah jadi versi terbaik dan lakukan yang terbaik apapun, dimanapun dan kapanpun itu. 

Sebab kita hidup di hari ini. 
Bukan pada masa lalu. 
Maupun masa depan. 

Masa lalu ada dalam pikiran dan perasaan
Sementara masa depan berada dalam dimensi berbeda di luar "sekedar nalar" kita.

Salam.


 ---

Menjadi satu candu yang men-doping semua jiwa untuk tetap mencari jati dirinya. Dan untuk mengambil setetes saja sifat yang ia miliki.
Merampas logika para manusia untuk menjadi dirinya. Untuk menganggapnya sebagai satu hal yang harus dimiliki.
Setiap jiwa, langsung atau tak langsung mengacu untuk meraihnya.
S'lalu mengejarnya.
Segala usaha dilakukan.
Bagi "yang baik", mereka hanya memikirkan bagaimana cara mengakhiri yang semu dengan baik dan sambil mempersiapkan yang terbaik untuk yang sejati.
Namun, bagi "yang buruk" mereka hanya terpaku pada perjalanan di dalam yang semu Entahlah, kemana dan akan berada dimana kita di akhir nanti tak akan pernah tahu Semua adalah misteri yang akan bertambah semakin menarik jika kita tidak mengetahuinya.

Postingan Populer

Total Tayangan Halaman

Mutiara Band's Fan Box

Mutiara Band on Facebook
free counters

About this blog