Biru's Notes

Sejumput Permainan Rima dan Diksi

Supernova


Ledakmu sangat besar dan masif
Engkau bagai persinggahan bagi jiwa yang meletup-letup
Engkau dibicarakan sebagai awal
Dari sesuatu yang sudah lama mati

Aku menganggapmu juga begitu
Menggambarkan diriku juga sebagai
Bagian dari jiwa-jiwa yang meletup-letup itu
Engkau begitu indah seperti awal baru yang ditunggu-tunggu

Semoga saja kelak
Takkan ada lagi yang mengelak 
Dari pengakuan terhadap keindahanmu
Dan juga keluguan berkat sanggahan-sanggahan bodohmu

Seperti resapan air di antara kelakar jenaka umbi-umbian
Di permukaan bagian bawah bumi
Bersama juga wortel-wortel oranye yang bercanda ria bersama sayur kol di atas panci sop elektrik

Sebagian keindahanmu berada dalam keresahan-keresahanku
Sementara sebagian yang lainnya ada pada dirimu
Terpatri hakiki tersujud bersama setiap potong kue kehidupan kepada Yang Satu

Yang Maha Satu, 
Yang Tak Semu...

Semoga saja kelak 
Awan-awan petualang yang berarak
Bagai tak tentu arah di antara gemintang malam ini
Menyaksikan pula diriku juga dirimu
Serta semua orang yang tahu


Kata adalah senjata

Untuk menerangi dunia

Ataupun membuat gelap segala isinya


Kata adalah senjata

Dapat mencipta luka dan juga derita

Bagi pemegang maupun yang ada di hadapan matanya


Kata adalah senjata

Dapat membuat bahagia

Juga mengindahkan semesta


Dan pula melengkapi cerita yang semula tanpa cita

Walau kadang hanya sekejap mata

Atau barangkali mampu bertahan sampai renta


Kata adalah senjata

Untuk memerangi para dusta

Yang memutarbalikkan fakta

Memporak-porandakan realita

Dan yang akan membuat terhancurkannya semesta


Kata adalah senjata

Dapat mengukir sejarah penuh cinta

Pula merendahkan derita tanpa bekas fatamorgana


Kata adalah senjata

Terukir sebagai barang abstrak tak berguna

Bila tak dapat diterjemahkan 'tuk diambil artinya


Kata adalah senjata

Bukan berarti akan jadi hal yang selamanya sia-sia

Perwujudan "sederhana"-nya adalah "perekatan" dan "pemadatan" dari "semesta tak berujung" 


Yang dapat mengungkapkan pengetahuan-pengetahuan rahasia 

Jauh lampaui berbagai dimensi tak berukur dalam semesta



 Rindu...


Dipuji dalam lirih...

Dijeruji dalam sendu...


Berpacu dalam buih...

Teruji bak serdadu...


Dalam diam terasa pedih

Dalam ramai seperti mengecap mengkudu


Kita menelisik sambil berbisik

Terusik kala terambil asyik


Sudikah kiranya kita bergelombang?

Tenggelamkan ide yang mengambang

Menuju palung asa yang paling cemerlang


Engkau ter-ilham kala ber-faham

Bahwa segala hal yang ber-alam

Akan mengalami masa redam

Akan kembali tunduk terdiam


Sudikah pula kiranya bila kau mengekor?

Kepada hal-hal yang kau anggap kompetitor?

Hingga kau terjerumus bermain kotor?


Engkau berpersepsi bahwa segala hal dapat teratasi

Meski, kadangkala mesti lalui fase frustrasi

Dan kau pun akhirnya beradaptasi

'Tuk dapatkan hasil presisi yang termaksimalisasi

Dalam risaumu engkau menyanggah

Dalam sedumu engkau merendah

Entah seberapa dalam lagi hingga kau tergugah

Bukan 'tuk sekedar menyerah

Namun mengubah


Mengubah segala hal yang berbantah

Membantah segala hal yang antah-berantah

Hingga jiwa dan ragamu melelah

Oleh sebab rasa yang selalu menengadah


Kau dan aku pun juga sama-sama resah

Menelisik detik demi detik yang perlahan terserah

Hingga hari, bulan dan bahkan tahun berubah

Tak kunjung jua buat kita menyerah

Untuk bersegera tergugah

Dan menggugah...







Sukakah kau bertualang?
Berkelana sambil berlalu-lalang...
Mencari warna di tengah padang ilalang...

Banyak,
Tanya yang dapat kau cari
Di dalam pemikiran sendiri

Banyak pula,
Yang berdiam diri
Merenungi mimpi sampai tertidur lagi

Sudahkah kita bertualang?
Kelabui sepi di tengah riuh genderang
Berharap 'kan gelap di hari yang terang

Banyak,
Jawab yang dapat diisi
Di atas perbuatan yang beralaskan kontemplasi

Banyak pula,
Yang berlari-lari...
Meniduri hari, bahkan sampai jumpa malam lagi

Kau dan aku...
Sudahkah saling koreksi diri?
Atau justru malah segani... 

Sungkan berkaca diri
Pada sebuah telaga suci...

Bernama jati diri.

Jika kau ingin menggali
Galilah...

Namun jangan sampai hanya di permukaan atas saja

Tegar dan galilah...
Galilah hingga dalam

Dan jika sudah kau temukan 
Zat hara yang sempurna untukmu

Tancapkanlah akarmu di sana

Akar terkuat
Dan tersempurna

Yang tak pernah ada sebelumnya
Di antara akar-akar terbaik
Yang ada di dunia

Berakarlah
Seolah-olah kau adalah pohon kelapa tertangguh
Yang tak akan rubuh

Oleh tsunami...
Dan bahkan gemuruh

Buatlah akar yang menancap dalam
Sedalam jiwa murni yang meredam
Segala bentuk tindakan kejam
.

Cahaya matamu benderang 

Terangi kata-katamu yang menyerang

Tiadakah sejenak batasan 
Antara massa dan keterkaitan?

Antara aku
Dan juga titik beku

Antara engkau
Dan segelintir sengau

Berlari kesana dan kesini
Berhari merona dan pula berironi

Lengking tangis nuranimu masih terdengar
Walau samar kau coba tuk tetap berpura tegar

Aku tahu apa yang ada dalam sanubarimu
Sesuatu yang benar-benar mengganggumu
Hingga mengaburkan pandanganmu

Kau terjebak

Dalam permainan egomu

Tak kunjung kau temui titik cair beku itu
Oleh sebab perbuatan mesin beku
Yang ditenagai egomu

Berhentilah membeku
Mulailah berjibaku

Mulailah...

Buat pandanganmu bulat seperti bumi
Tempat dimana kau berpijak dan berlari
Dan tempat dimana kau akan diinjak lalu ditinggalkan pergi 

Jangan kau buat sudut palsu itu
Sesuatu yang sebenarnya hanya ada dalam pandang nalarmu
Kekhawatiran yang hanya ada dalam kisah rentet keanti-naluriahanmu

Pahamilah sebulat bumi
Jangan kau potong-pisahkan 
Bagian-bagian yang seharusnya menyatu
Dan memang satu

Kita tak berpijak di atas bumi yang bersudut
Kita berpijak di atas bumi...

Yang memang benar-benar bumi
.


Engkau meredam
Segala bentuk keinginan murnimu
.
Engkau terekam
Dalam diam bersama sifat nalurimu
.
Dan pula kau terpejam
Kala segunung kantuk menghujamimu
.
Teruji apa yang terpendam
Jauh di dalam sanubari hatimu
.
Terkekang hingga dalam
Pun diberangus hawa nafasmu 
.
Yang tak kunjung lurus itu
.
.
Berkelok seperti putaran yang tak sempurna
Tak lurus seperti alunan suci murni jenaka sejatimu
.
.
.
.
Kau dan aku
Apakah tengah bercanda?
.
Kau dan aku
Apakah tengah bersenda?
.
Di dalam jeda.
Dalam beranda.
.
.
.
Di dalam kesungguhan engkau enggani
Di dalam gurauan engkau malah segani
.
.
.
Enggan.
.

Postingan Populer

Total Tayangan Halaman

Mutiara Band's Fan Box

Mutiara Band on Facebook
free counters

About this blog