Senin, 30 Agustus 2021

Ngawur#1 : Penyesalan

"Penyesalanku s'makin dalam dan sedih 
Aku serahkan semua milik dan hidupku 
Aku tak ingin menderita begini 
Mudah-mudahan ini hanya mimpi... 
Hanya mimpi..." 

 ~Koes Plus - Kisah Sedih di Hari Minggu~ 


Begitulah kata-kata Koes Plus pada masanya 
Menyuratkan kata-kata yang di dalamnya terdapat penyesalan mendalam dari seseorang atas sesuatu yang terjadi di masa lalu 
Dengan akhir sang penulis berharap bahwa semua itu hanyalah mimpinya semata. 
Bukan kenyataan, seperti yang sesungguhnya ia alami. 

Seringkali, dikarenakan beberapa kondisi dan situasi yang "menyulitkan" dalam memahami keadaan dimana seharusnya kita mengerahkan "all-out" sumber daya yang kita miliki baik itu pikiran, tenaga, uang bahkan jiwa untuk "menggapai" keadaan ideal dalam hidup, malah dorongan "ego" dan "keinginan untuk lelah" yang sudah mendesak seolah memaksa agar "menyerah" begitu saja tanpa berpikir jernih jauh lebih dalam mencerna "problematika" yang dapatlah disebut "klasik" dalam kenyataan-kenyataan hidup ini. 

Energi yang tercurahkan untuk "pemenuhan kebutuhan utama" telah menyita seluruh perhatian kita. 

Yang mana semestinya kita dapat membagi-bagi porsi dari setiap energi yang kita perlukan baik itu untuk diri kita sendiri, orang lain atau bahkan Sang Pencipta. 
Pembagian energi yang saya maksudkan disini adalah agar apa-apa yang kita keluarkan dan curahkan tidak membuat "ngoyo", sehingga bila selesai terfokus pada suatu cabang permasalahan dalam suatu bidang yang tak jarang pelik, tidak menyebabkan kita lalai akan hal-hal lain yang semestinya diperhatikan. 
Hal-hal kecil yang dirasa sepele oleh beberapa orang namun efeknya jelas terasa dikemudian hari. Seperti sikap-sikap "empati sepele" terhadap pribadi dan orang lain. 

Dengan tertulisnya suratan ini, sekiranya saya hanya ingin menyampaikan bahwa ada baiknya kita dapat membagi-bagi porsi dari setiap sendi kehidupan kita secara proporsional. 

Tidak berlebihan, tidak pula berkekurangan. 

Padu padannya mesti seimbang. 

Bagaimana cara mengaturnya? 
Ini adalah pertanyaan yang semestinya dapat Anda jawab dan "manage" sendiri bagaimana baiknya. 

Bukan, bukan saya lepas tangan begitu saja dari permasalahan yang telah saya ungkapkan ini. 
Saya hanya berharap kita semua dapat mengenali diri kita sedalam dan sejernih-jernih pikiran murni. 

Entah dengan apa saya akan akhiri tulisan ambigu ini, 
Yang pasti kita hanya dapat berusaha agar mendapatkan perubahan lebih baik dalam segi apa pun dari hari ke hari. 
Tak mengapa perubahan itu, bila diibaratkan hanya setitik tinta. 
Toh, lama-kelamaan setitik tinta itu nantinya akan menjadi sebuah huruf... kata... kalimat... lalu jadilah sebuah karya sastra terindah dari hidup kita. 

Tetaplah jadi versi terbaik dan lakukan yang terbaik apapun, dimanapun dan kapanpun itu. 

Sebab kita hidup di hari ini. 
Bukan pada masa lalu. 
Maupun masa depan. 

Masa lalu ada dalam pikiran dan perasaan
Sementara masa depan berada dalam dimensi berbeda di luar "sekedar nalar" kita.

Salam.


 ---

2 komentar:

  1. Saya rasa masalalu dan masa depan ada di pikiran semua deh..keren

    BalasHapus
  2. Ya, memang ada. Tapi karena dia juga ada dalam ruang lingkup lebih luas lagi dari sekedar dalam pikiran kita, oleh karena itu, ...

    BalasHapus